

  Sarah Widyanti.
  Ia pernah menjadi kontestan Indonesian Idol, bahkan pernah menjadi "Sales Promotion Girl". Itu cerita dulu.
  Kini, ia pilot yang melesat di angkasa dengan Boeing atau Airbus. Ia   adalah Sarah Widyanti Kusuma (24). Mari terbang bersama Sarah!
    Pada usia belia, 21 tahun, Sarah telah menerbangkan pesawat penumpang   jenis Boeing. Mencuri start sebagai pilot termuda Garuda Indonesia,   Sarah hingga saat ini sudah mengantongi 2.200 jam terbang dan sedang   menapaki tahapan baru dalam kariernya.
    Menjumpai Sarah seperti bukan berhadapan dengan seorang pilot. Tubuhnya   mungil dengan senyum yang terus tersungging, sering kali membuat orang   "tertipu". Meski sudah memakai seragam pilot pun, penumpang selalu salah   kira dan menduganya sebagai pramugari.
    Kini, Sarah kembali sekolah untuk persiapan pindah pesawat dari tipe   pesawat kecil, Boeing, ke tipe yang lebih mutakhir, Airbus. Setelah   tahapan dua bulan sekolah ini dilalui, Sarah akan menerbangkan Airbus ke   rute menuju Jepang, Korea, Australia, China, Belanda, Uni Emirat Arab,   dan Jeddah.
    "Pesawat Airbus canggih banget. Sampai sekarang saya masih wow! Untuk   utak-atiknya harus belajar ekstra, sama kayak nerbangin komputer.   Canggih banget," kata Sarah dengan mata berbinar.
    Di sela kesibukan mempersiapkan diri menjadi pilot Airbus itulah, Sarah   menyediakan waktu untuk berbincang di rumahnya di Bintaro, Tangerang   Selatan. Saking lelahnya belajar, Sarah masih tertidur di sofa pojok   ruang tamu rumahnya ketika ibu dan adik-adiknya sudah bersiap   jalan-jalan di akhir pekan.
    Matanya langsung berbinar ketika diajak berbicara soal profesinya. "Yang   membuat bersemangat, pesawatnya canggih dan kita yang mengoperasikan,"   tambahnya.
    Namun, Sarah melanjutkan, tanggung jawab kepada penumpang ketika   menerbangkan Boeing ataupun Airbus tetaplah sama. Selama ini, Sarah   menerbangkan pesawat Boeing dengan rute domestik dan rute pendek ke luar   negeri, seperti ke Singapura, Bangkok, dan Taiwan.
    Semudah menyetir mobil
    Bagi Sarah, menerbangkan pesawat itu semudah menyetir mobil manual.   Hanya saja, panel atau tombolnya lebih banyak. "Peran kita terutama   ketika take off dan landing. Selebihnya autopilot dan diarahkan oleh air   traffic controllers. Remnya, gasnya, sama kayak bawa mobil," kata   Sarah.
    Kendaraan apa pun di tangan Sarah memang terasa sangat mudah   dikemudikan. Jika punya waktu libur dua hingga tiga hari, Sarah sudah   melesat pergi untuk menyelam. Seusai menyelam, ia akan mengambil alih   kemudi speed boat.
    Sarah tak pernah menganggap tugasnya berat. Ketika para pramugari masih   melayani penumpang sebelum tinggal landas, Sarah biasanya sudah   merampungkan semua keperluan untuk terbang. Sambil menunggu penumpang   siap, Sarah mengisi waktu luangnya dengan membaca di kokpit.
    Setelah pesawat mengangkasa, Sarah sibuk menjalin komunikasi dengan air   traffic controllers dan berusaha mencari jalan teraman ketika terjadi   cuaca buruk. Jika seluruh tugas telah dijalani, ia biasa menikmati   perjalanan dengan melihat bintang, menatap daratan, dan merenungi hidup.
    "Hidup itu kayak main film. Hari ini enggak mungkin sama dengan hari   sebelumnya. Harus ada totalitas. Tuhan menciptakan manusia itu mau jadi   apa. Masih belajar menuju ke sana," ujar Sarah.
    Hobi Nonton dan Berenang
    Jika sudah tiba di suatu kota dan beristirahat minimal 15 jam di hotel,   Sarah akan mengisi waktu dengan menonton film, berenang, dan tidur.   Hanya sesekali ia menyempatkan diri melihat suasana kota sambil mencari   makan.
    Ia menonton film apa saja, termasuk film India dan film komedi   Indonesia. Baginya, film menjadi senjata ampuh untuk mengobati rasa   galau. Ketika film Habibie dan Ainun diputar di bioskop, Sarah buru-buru   menontonnya. Soalnya ia mengidolakan Habibie dan menggenggam impian   untuk menciptakan pesawat buatannya sendiri. "Pilot itu cuma operator   pesawat. Masih keren yang nyiptain pesawatnya," tambah Sarah.
    Dibawa Jatuh
    Dalam hidup, Sarah selalu tertantang meraih sesuatu yang lebih baik   daripada yang disediakan. Ketika hendak mendaftar untuk Jurusan Teknik   Pesawat Udara di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, ia   tiba-tiba terpikat pada pilihan lain, yaitu Jurusan Penerbang.
    Ia lalu menjalani rangkaian tes, termasuk tes bakat, yang membawanya   terbang untuk pertama kali. Pada ketinggian 3.000 kaki, instruktur   tiba-tiba mematikan mesin dan sesaat membiarkan pesawat latih itu jatuh   bebas. "Baru nerbangin pesawat pertama kali sudah dibawa jatuh,"   ujarnya.
    Sarah lolos ujian mental itu dan kemudian menjalani pendidikan gratis   sebagai calon pilot selama dua tahun dua bulan. Ia menjadi satu-satunya   siswa perempuan. Sarah berjuang keras agar kekuatannya ketika berlari   atau di saat push up bisa menyamai rekan-rekannya yang cowok.
    Begitu lulus pada Februari 2009, ia menjadi pilot Garuda dan mulai   terbang pada 2010. Ketika ditanya rute yang ditempuh saat pertama kali   membawa pesawat berpenumpang, Sarah tertawa dan menjawab, "Saya lupa."
    Satu hal yang tak pernah dilupakannya adalah ketika kapten pesawat   pura-pura meninggal dunia dan untuk pertama kalinya ia menerbangkan   pesawat tanpa panduan. "Rasanya benar-benar harus bertanggung jawab sama   penumpang. Ternyata saya bisa menerbangkan pesawat sendiri," tambahnya.
    Sejak kecil, Sarah sudah akrab dengan dunia penerbangan. Ia sering kali   diajak ke tempat kerja ayahnya yang bertugas di bagian teknik   penerbangan. Sempat lima tahun mengikuti ayahnya tinggal di Biak, Sarah   berharap suatu saat bisa membuka sekolah untuk anak-anak kurang mampu di   sana. Agar suatu hari kelak, mereka bisa terbang juga bersama Sarah   untuk menggapai mimpi....
    Di antara ayam jago
    Ketika Sarah masih di dalam kandungan, sang ibu sudah terbiasa   berhadapan dengan binatang liar, seperti biawak, di pedalaman Biak,   Papua. Sarah lantas bertumbuh menjadi gadis kecil yang pemberani,   periang, dan tomboi.
    Jika ayahnya sedang memperbaiki mesin, Sarah kecil ikut-ikutan sibuk   dengan membalikkan sepeda mininya. Sifat tomboi itu ternyata berlanjut   ketika ia menjadi satu-satunya siswa perempuan di STPI. Di STPI, Sarah   harus tampil seperti ayam jago, julukan bagi anak laki-laki siswa STPI.   Rekan-rekannya akan meledek setiap kali dia ingin menangis. "Lu cengeng   banget, sih, baru kayak gitu," ujar Sarah menirukan ucapan   rekan-rekannya kala itu.
    Ketika rekan-rekannya mengagumi kecantikan pramugari saat tes kesehatan   bareng, Sarah hanya berujar, "Iya cantik-cantiklah, enggak ada yang   dihukum!"
    Seorang sahabatnya lantas menimpali, "Tenang Sarah, kamu tetap paling   cantik di ketinggian one up to three thousand feet ha-ha-ha...."
    Ketinggian jelajah terbang Sarah kala itu memang di antara 1.000-3.000   kaki. Kebalikannya, setelah Sarah menjadi pilot, rekan-rekan sesama   lulusan STPI menuntutnya untuk tampil lebih "cewek". Mereka sampai   membelikannya gaun hingga sepatu hak tinggi.
    Pramugari di Garuda Indonesia juga selalu mendorong Sarah agar   berdandan. Dari awalnya bergaya kasual dengan jins dan kaus, Sarah mulai   merias wajah. "Pramugari bilang jangan terlihat kucel dong. Make up   dikit karena bawa nama Garuda dan bangsa," kata Sarah.
    Bekerja di lingkungan yang didominasi pria, Sarah bertekad akan menjadi   istri dan ibu yang baik. "Saya lebih cocok punya pacar yang enggak   sering ketemu. Sebulan sekali ketemu itu lebih bagus," tambah Sarah   sambil tertawa.
    Ia pun sudah menyiapkan siasat perawatan anak jika telah menikah dan   harus terbang jauh. Sarah berencana mengajak anaknya ikut terbang dengan   dijaga sang nenek.
    "Jangan sampai anakku tahunya ibunya itu mamaku. Airbus terbang paling   lama sembilan hari, bayi bisa diajak. Sisanya, bisa pulang setiap tiga   atau empat hari sekali," ujar Sarah.
  (sumber)


0 komentar:
Posting Komentar
Kalau berkenan memberikan komentar, harap menggunakan kalimat yang santun dan tidak membahas topik lain di luar konten blog ini. Terima kasih.